-->

Type something and hit enter

On

Pengantar 1
Bacalah aku, agar kau senantiasa merasa jemawa
Bacalah aku, setiap kau mencari air di tengah gurun sahara
Bacalah aku, setiap mereka menutup pintu harapan bagi para pecinta
Aku tak menulis derita satu wanita
Aku menulis sejarah para wanita
Sumber: Hakadzâ Aktubu Târîkh Al-Nisâ’ (1981)

Pengantar 2
Puisi adalah awal mula, prosa hanya pengecualian
Lautan adalah awal mula, daratan hanya pengecualian
Bebukit adalah awal mula, lereng gunung hanya pengecualian
Kau adalah awal mula, lalu seluruh wanita menjadi ada
Sumber: Hakadzâ Aktubu Târîkh Al-Nisâ’ (1981)

Pengantar 2
Setiap wanita yang aku cinta, adalah wanita pertama
Dalam asmara aku tak punya cinta yang paripurna
Sumber: Hakadzâ Aktubu Târîkh Al-Nisâ’ (1981)

Aku Mencintaimu
Di Masa yang Tak Mengenal Apa Itu Cinta
1
Aku bukan arsitek yang andal
Bukan pula tukang ukir yang datang dari Abad Renaisans
Aku tak memiliki sejarah panjang bersama batu pualam
Tetapi ingin kukenang dirimu seperti yang dilakukan kedua tanganku
Dalam membentuk lekuk tubuhmu yang indah
Lalu menghiasinya dengan bebunga, bintang, puisi
Dan miniatur tulisan bergaya Kufah
2
Aku tak ingin menghabiskan seluruh bakatku untuk menulis ulang tentangmu
Tidak pula untuk mengembalikan tabiatmu
Atau membumbui ulang setiap huruf dari alif hingga ya’ dengan titik
Bukan kebiasanku mengumumkan perihal buku baru yang aku tulis
Atau perihal perempuan yang kucintai dengan sepenuh hati
Juga keindahan lekuk tubuhnya dari kepala
Hingga jemari kedua kakinya
Ini prinsip yang tak sejalan dengan sejarah perpuisianku
Tak senapas dengan kemuliaan para kekasihku
3
Aku tak ingin memberimu catatan
Untuk menghitung tahi lalat yang kutanam pada perak pundakmu
Untuk menghitung bohlam yang kugantungkan pada jalan-jalan di matamu
Untuk menghitung ikan-ikan yang aku pelihara di telukmu
Untuk menghitung gemintang yang kutemukan di balik mantelmu
Untuk menghitung merpati yang kusembunyikan antara buah dadamu
Ini adalah prinsip yang tak sejalan dengan keangkuhan lelaki
Dan keangkuhan kedua payudaramu
4
Wahai dara
Engkau skandal indah yang kujadikan wewangian
Kasidah indah yang kudamba tanda tangannya
Bahasa yang memuntahkan emas dan lazuardi
Bagaimana aku tak berteriak di tengah-tengah kota
Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu
Bagaimana mungkin aku tetap menyimpan matahari di Guariri
Bagaimana mungkin aku berjalan bersamamu di taman umum
Dan satelit tak menyibak tabir
Bahwa dirimu adalah kekasihku
5
Aku tak bisa melakukan pengawasan
Pada kupu-kupu yang berenang dalam aliran darahku
Aku tak bisa mencegah pelana melati
Menaiki pundakku
Aku tak bisa menyembunyikan bait puisi di balik mantelku
Atau akan hancur lebur bersamaku
6
Wahai dara
Aku lelaki berskandal yang terungkap oleh puisi
Kau perempuan berskandal yang terungkap oleh kata-kata
Aku lelaki tak berpakaian selain dengan cinta
Kau perempuan tak berpakaian selain dengan kewanitaan
Kemanakah kita kan pergi, kasih?
Bagaimana kita menggantungkan isyarat cinta dalam dada
Kita rayakan hari Valentine
Di masa yang tak mengenal apa itu cinta?
7
Wahai dara
Aku berharap mencintaimu di suatu masa yang berbeda
Masa paling romantis dan paling puitis
Masa penuh sensasi dengan aroma buku-buku dan semerbak melati
Juga hawa kebebasan
8
Bagaimana aku mengimpikan dirimu menjadi kekasihku
Di masa Charles Aznovour
Juliette Gréco
Paul Éluard
Pablo Neruda
Charlie Chaplin
Sayed Darwish
Naguib El-Rihani
9
Aku berharap bisa makan malam bersamamu
Pada suatu malam di Firenze
Di mana patung Michael Angelo berdiri tegak
Terus menyuguhkan pengunjung yang datang ke sana
Roti dan arak
10
Aku berharap bisa mencintaimu
Di masa keberdaulatan lilin dan kayu
Kipas angin produk Spanyol
Surat-surat yang tertulis dengan bulu-bulu burung
Gaun Taffeta dengan warna-warni seperti pelangi
Bukan di masa musik disko
Mobil-mobil Ferrari
Dan celana jeans yang dibuat robek
11
Aku berharap bisa menemuimu di masa yang berbeda
Di sana semua wewenang ada pada burung-burung pipit
Atau di tangan rusa
Di tangan angsa
Di tangan putri duyung
Atau di tangan para pelukis, musisi, dan penyair
Atau di tangan pecinta, anak-anak, dan orang gila
12
Aku berharap kau menjadi milikku
Di masa yang tak menindas mawar dan puisi
Tidak pula nay dan kewanitaan
Tetapi sayang sekali kita datang terlambat
Kita cari mawar cinta
Di masa yang tak mengenal apa itu cinta
Sumber: Tanwîât Nizâriyah ‘Alâ Maqâm Al-‘Isyq (1995)

Kamus Para Pecinta
Selalu aku berpikir untuk menyusun kamus bagi para pecinta
Untuk teman-temanku para pecinta
Selalu aku berpikir untuk membahagiakan mereka
Orang-orang hebat, berhati luhur dan berbudi pekerti
Selalu aku berpikir untuk menyalakan lampu kecil
Untuk orang-orang yang raib
Selalu aku berpikir untuk menjadikan hatiku
Ladang gandum bagi semua yang kelaparan
Selalu aku berpikir untuk menjadikan bulu mataku
Lembaran kertas yang kulemparkan pada mereka yang kelelahan
Selalu aku berpikir untuk pergi
Dari mana datangnya burung-burung kesedihan?
Kapan pohon kerinduan akan berbunga
Selalu aku berpikir untuk menyingkap api yang membakar kita
Semenjak jutaan
Jutaan tahun
Tak perlu sangsi aku benar-benar gila
Semenjak kunamai diriku
Juru bicara atas nama cinta
Mungkinkah ini terjadi?
Mungkinkah menampung lautan dalam botol?
Dan memenjarakan melati?
Mungkinkah menyaring bebunga cinta
Ke dalam satu kitab?
Aku mohon ampun pada Yang Maha Pengampun, Tuhan semesta alam
Sumber: Qâmûs Al-‘Âsyqîn (1981)

Mengapa?
Mereka semua para pecinta
Adalah murid-muridku, meski mereka tak mengenalku
Sebab aku telah mengajarkan abjad rindu
Aku ajari mereka menulis
Dengan air melati, untuk para kekasih
Lalu mengapa, saat kuucapkan salam pada para pecinta
Tak kuperoleh balasan jasa?
Sumber: Qâmûs Al-‘Âsyqîn (1981)

Mengapa?
Mengapa kau tinggalkan aku
Jika kau tahu bahwa aku
Lebih mencintaimu daripada aku
Mengapa?
Mengapa?
Kedua matamu menyiratkan kegetiran
Kemarin melalui pohon anggur kau peroleh dekapan
Kucerai-beraikan beribu bintang lalu kutaburkan
Pada jalanku
Kau pun telah memberi tahu bahwa cintaku
Akan abadi selalu
Mengapa?
Mengapa?
Kau sakiti ketulusan hatiku
Mengapa kau dustakan aku
Kau katakan akan kembali padaku
Bersama tumbuhnya rerumputan
Bersama musim menuju kepulangan
Bersama ladang dan penanam tanaman
Mengapa?
Mengapa?
Kau memberi hatiku udara
Setelah ia memancarkan cahaya
Seluas langit menampung cinta
Kau lalu pergi di kala senja
Meninggalkan perempuan ini seorang diri
Di dekat pagar taman, di sini
Pada tempat duduk yang ia tangisi
Mengapa?
Mengapa?
Burung layang-layang kembali ke atap rumah kita
Bunga violet tumbuh di taman kita
Puisi lirik menari-nari di kangka
Semua dunia tertawa
Bersama musim panas, kecuali beta
Mengapa?
Sumber: Qashâid (1956)

Bejana
Saat aku kecil
aku kira hati adalah bejana
pada airnya yang biru, berenang ribuan wanita
saat sudah matang, kasih
semua anasir menyatu
dengan ikan-ikan berwarna biru dan hijau
maka tak kudapati selain dirimu, permaisuriku
dalam bejana itu
Sumber: Asyhadu An Lâ Imraata Illâ Anti (1979)


Nizar Qabbani, lahir 21 Maret 1923 di Damaskus, Suriah. Sastrawan Arab modern terbesar yang telah banyak melahirkan berbagai karya sastra dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia. Ia pernah bekerja sebagai diplomat. Perjalanan hidupnya banyak mengalami ketertekanan dan penderitaan, berawal dari kematian saudara perempuannya karena bunuh diri akibat menolak perjodohan dengan lelaki yang tidak dia cintai, kematian anak lelakinya saat sedang kuliah kedokteran di Mesir, dan kematian istrinya, Bilqis, wanita asal Irak yang terbunuh ketika perang sipil meletus pada tahun 1981 di Lebanon. Nizar Qabbani meninggal pada 1 Mei 1998. Puisi-puisi di atas diterjemahkan dari 4 buku puisi Nizar; Tanwî’ât Nizâriyah ‘Alâ Maqâm Al-‘Isyq (1995), Qâmûs Al-‘Âsyqîn (1981), Qashâid (1956), Asyhadu An Lâ Imraata Illâ Anti (1979), dan Hakadzâ Aktubu Târîkh Al-Nisâ’ (1981).

*) Diterjemahkan oleh Musyfiqur Rahman
Sumber: Basabasi.co 
Post a Comment
Click to comment
 

MARI BERLANGGANAN!