-->

Type something and hit enter

On

Judul asli: Bithaqatu Huwiyya)
Alih bahasa: Gus Ulil Abshar Abdalla 

Catat, aku orang Arab
Nomor kartuku: 50000
Anakku delapan. Anak nomor sembilan 
Akan segera mrocot musim panas depan
Apakah engkau akan marah?

Catat, aku orang Arab
Bersama kawan-kawan sependeritaan
Aku bekerja di tambang bebatuan.
Anakku delapan
Aku hunuskan bagi mereka
Sepotong roti, beberapa helai pakaian
Dan buku, dari bongkah-bongkah batu
Aku tak merengek, meminta sedekah dari pintumu
Aku tak membungkuk
Di depan pelataran rumahmu
Apakah engkau akan marah?

Catat, aku orang Arab
Akulah nama, tanpa gelar kehormatan
Begitu tabah, hidup di sebuah negeri 
Yang bergolak dengan ledakan kemarahan
Akar-akarku menghunjam-dalam
Sebelum waktu rekah
Sebelum cemara dan zaitun 
Sebelum rerumputan tumbuh rimbun
Ayahku keturunan pembajak
Bukan tuan bangsawan
Kakekku petani, tanpa silsilah dan nasab
Ia mengajarku tentang ketinggian matahari
Sebelum mengajarku baca buku.
Rumahku gubuk seorang babu
Dari reranting dan bambu
Akankah rumahku membuatmu senang?

Akulah nama, tanpa gelar kehormatan
Catatlah, aku orang Arab
Rambutku warna batu bara
Mataku coklat
Ciri-ciriku: 
Seikat iqal, dan selembar kafiyeh, di kepala 
Kafiyeh-ku begitu tajam
Sesiapa yang menyentuhnya akan terluka
Alamat: Aku dari kampung terkucil
Kampung yang dilupakan
Jalan-jalannya tak bernama
Laki-lakinya bekerja di ladang
Dan tambang bebatuan
Lalu, apakah engkau akan marah?

Catatlah, aku orang Arab!
Pohon-pohon anggur moyangku dirampas
Juga tanah-tanah yang telah aku bajak
Bersama anak-anak.
Tak ada yang tersisa bagiku, bagi anak-cucuku
Kecuali bebatuan ini
Akankah kekuasaanmu akan merenggutnya pula
Seperti kabar yang aku terima?

Jika demikian, catatlah
Pada judul halaman pertama:
Aku tak pernah membenci
Aku tak pernah melukai
Tetapi, jika aku lapar
Aku tak segan melahap daging para perampas.

Awaslah pada laparku
Awaslah pada letup marahku

Catatan: Puisi ini diterjemahkan oleh Gus Ulil untuk pementasan dalam aksi "Doa untuk Palestina" di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki pada 2017 lalu.
Post a Comment
Click to comment
 

MARI BERLANGGANAN!